Bersih-Bersih Partai Golkar Purwakarta mulai Berjalan
SIAPA menabur angin, maka dia yang akan menuai badai. Jargon ini, sekarang, sungguh tepat untuk Dedi Mulyadi. Tokoh politik Purwakarta yang sudah sukses merusak sistem perpolitikan di sini dengan cara membangun dinasti yang tidak karuan.
Dan kini, sistem dinasti politik yang susah payah dibangun Dedi Mulyadi akan hancur berantakan justru oleh isterinya sendiri, teh Anne Ratna Mustika. Anne sekarang menjabat sebagai Bupati Purwakarta hingga akhir tahun ini.
Ibarat air memercik ke muka sendiri. Kini kondisi seperti itulah yang sedang dialami Dedi Mulyadi, anggota DPR RI dari Partai Golkar. Selama ini Dedi sukses memberangus lawan politiknya sampai tidak berdaya. Kini, saat melawan isterinya, gantian dia yang tunggang langgang tak berdaya.
“Dedi memang tidak akan tinggal diam. Tapi percayalah, publik sudah mual dengan gayanya. Rakyat Purwakarta menginginkan perubahan sistem politik yang lebih sehat dan waras”
Dinasti politik adalah musuh utama sistem demokrasi yang sehat. Apa yang dibangun Dedi Mulyadi adalah sikap ingin melanggengkan kekuasaannya. Dan bagi Dedi langkah yang dilakukan adalah membangun dinasti politik yang tidak masuk akal.
Dedi dengan serius membangun infrastruktur politik. Jabatan Ketua DPD Golkar Purwakarta diberikan ke anaknya yang masih bau kencur. Ketua DPRD dipegang oleh kader militannya Ahmad Sanusi atau Amor. Sebanyak 30% jabatan penting di OPD, terutama dinas-dinas yang basah, dipegang oleh jongosnya. Sementara pengusahanya hanya segelintir orang yang dimanjakan oleh proyek-proyek.
Sebanyak 40%, tadinya 60% camat juga orangnya Dedi Mulyadi. Sebanyak 30% kades adalah orangnya Dedi. Dan ini yang penting, Bupatinya tidak hanya orangnya Dedi, tapi juga isterinya Dedi.
Maka dari itu, secara kasat mata Dedi Mulyadi sukses membangun dinasti politik di Purwakarta. Maka dari itu, meski sudah tidak menjabat, perilaku Dedi selama tiga tahun Anne menjabat melebihi Bupati.
Dia dengan mudah, diduga mengatur-atur proyek. Kepala Dinas bisa dia panggil untuk menyetujui dugaan bagi-bagi proyek kepada kroni-kroninya. Itulah yang terjadi selama ini di Purwakarta.
Anne Berubah
Tapi kekuasaan memang sungguh menggoda. Anne sebagai Bupati ternyata tidak selamanya mau diposisikan sebagai boneka Dedi Mulyadi. Dia merasa perlu untuk menunjukkan jati dirinya sebagai Bupati yang sesungguhnya. Konflik pun mulai merebak.
Anne pelan tapi pasti bisa menunjukkan sikap kuasanya. Proyek yang diajukan Dedi Mulyadi dicoret. Juga saat rotasi dan promosi pejabat, yang berbau Subang (jargon untuk menyebut kroninya Dedi) juga dicoret.
Sikap Anne ini tentu memicu kemarahan Dedi. Perseteruan suami isteripun merambat ke urusan rumah tangga. Dan berujung pada gugatan cerai Anne kepada Dedi Mulyadi yang menghebohkan.
Dan publik pun tahu. Efek perceraian bakal merambat ke mana-mana. Pelan tapi pasti infrastruktur dinasti politik yang sudah dibangun DM, sapaan akrab Dedi pun runtuh.
Dedi tidak Tinggal Diam
Memang Dedi pasti tidak akan tinggal diam. Sumber newspurwakarta.com menceritakan Zainal Arifin mulai dilirik DM sebagai kuda hitam Dedi. Tapi dengan ongkos politik yang mahal; Dugaan kasus-kasus korupsi DM tidak boleh disentuh.
Ada juga perhitungan lain, untuk mengusung Kepala Dinas Pendidikan Dr Purwanto sebagai calonnya DM. Dengan Purwanto masa depan DM pasti lebih terjamin. Karena siapapun tahu kedekatan keduanya luar biasa.
Yang menarik justru dukungan ke Anne Ratna Mustika. Ketua Komunitas Peduli Purwakarta (KPP) Kiai Munawar Cholil memprediksi pasca keputusan sidang perceraian banyak tokoh yang terang-terangan akan merapat ke Anne.
“Mereka sekarang antri, ada dari pengusaha, politisi, partai politik, juga kepala dinas dan camat serta kades-kades yang selama ini pro DM. Mereka akan balik kanan mendukung Anne,” jelas Kiai Cholil.
Menurutnya, akan juga terjadi proses bersih-bersih di partai Golkar Purwakarta. “Ini konsekuwensi politik yang akan terjadi,” ujarnya.
Dedi memang tidak akan tinggal diam. Tapi percayalah, publik sudah mual dengan gayanya. Rakyat Purwakarta menginginkan perubahan sistem politik yang lebih sehat dan waras. (newspurwakarta.com) editor : mridwan