Mafia Proyek Masih Pemain Lama, Cuma Beda Operator dan Tempat Lobinya
PURWAKARTA (enpe.com) – Proyek Penunjukan Langsung (PL) di Pemkab Purwakarta, menurut satu pemborong, dipotong 15% dari nilai proyek. Menurutnya, potongan itu di depan oleh pejabat di dinas terkait.
Asep Pardan, pemilik CV TM menceritakan hal itu kepada enpe.com kemarin (23/6/21) di Bogor. “Itu motongnya di depan 15%. Jadi proyek belum jalan sudah keluar duit dulu. Purwakarta itu ngeri,” jelas Asep.
“Mafia proyek di Pemkab Purwakarta diduga masih pemain lama, polanya sama. Cuma beda operator dan pengusahanya. Tempat lobinya juga berbeda.”
Ia mengaku, meski ada potongan yang begitu besar dirinya masih bisa menangguk untung rata-rata 15% dari setiap proyek yang dikerjakan.
“Saya dapat proyek dari jatah LSM pada awal-awal Covid. LSM itu minta jatah 10%, pejabat minta 15% ini untuk bina lingkungan katanya. Jdi total dari proyek itu sudah 25% habis. Sy juga tidak mau rugi ambil untung 10-20%,” ujar pemborong asli Cianjur ini.
Tiap tahun, Asep mengaku dapat dua PL yang nilainya di bawah Rp 200 juta. “Saya ambil proyek jalan dan drainase,” jelasnya.
Ketika ditanya bagaimana caranya agar bisa tetap untung? Asep menjelaskan bisa dimainkan dari spek aspal dan pemakaiannya.
“Biasanya kita ambil aspal yang paling murah. Pemakaiannya juga untuk panjang 1 km cukup dengan satu drum. Yang penting nempel,” jelasnya.
Kalo dapat drainase, menurut pemborong yang sering menggarap di banyak daerah ini lebih gampang mengaturnya. “Kalau proyek saluran air saya bisa ambil untung 20%. Ya lebih gampang karena yang kita kerjakan tidak terlihat,” jelasnya.
MASIH PEMAIN LAMA
Sementara itu, satu pemborong asli Purwakarta yang sering menggarap subkon dari pemenang tender menyatakan, proyek-proyek di Purwakarta diduga masih dikuasai dan diatur-atur oleh pemain lama.
“Caranya sama, karena mafianya masih orang-orang itu juga. Cuma beda operator dan beda pengusahanya,” jelasnya.
Kini, menurut pemborong itu, operator utamanya berinisial A. “Dia yang bergerilya ke pengusaha-pengusaha menawari proyek berjanji mengatur tender, dan di depan minta dana taktis Rp 100 juta,” urainya.
Jadi, siapa pemenang tender dan proyeknya apa, menurutnya, diduga sudah diatur semua. “Jadi jangan harap pengusaha lokal seperti saya bisa menang tender. Duit dari mana untuk setor dana taktis,” jelasnya.
Menurutnya, besarnya dana taktis sangat tergantung nilai proyek. “Kalau setor Rp 100 juta itu untuk nilai proyek Rp 1 miliar. Kalau nilainya lebih dari Rp 3 miliar setornya ke ‘Raja Mafia’ lebih besar lagi,” katanya.
Jadi, menurut pemborong itu, yang dapat proyek adalah pengusaha dari Jakarta dan Bandung. “Pemain lama tinggal tiga perusahaan saja,” katanya.
Sementara itu, satu pengusaha yang pernah ikuti proses lobi-lobi proyek tapi akhirnya kalah itu menyatakan arena tempat pertemuan pun sekarang bergeser lokasinya. “Mereka sering di hotel Plaza Cikampek. Kadang di satu tempat spesial di Kabupaten sebelah,” jelasnya.
Kepala Dinas PU dan Bina Marga Pemkab Purwakarta Ryan Octavia ketika dikonfirmasi soal potongan 15% diproyek-proyek PL hanya menjawab singkat. “Akh …. tidak benar itu.” (tim) editor : gtsoewarno.