KASUS warga terpapar Covid-19 akibat varian baru jenis Omicron di Purwakarta naik. Menurut Bupati Anne Ratna Mustika ada 34 warga yang dinyatakan positif Corona. Kenaikan yang cukup tajam. Dinas Pendidikan kemudian mengeluarkan surat edaran untuk menghentikan proses belajar mengajar di sekolah-sekolah untuk kembali dijalankan secara online.
Respon pejabat yang terlalu cepat tentu memicu kepanikan warga. Di saat ekonomi warga baru mulai menggeliat. Warung dan resto besar baru bisa bernafas lega. Tapi gelombang panik yang diinisiasi para pejabat, sungguh patut disayangkan.
Varian Omicron sejak November 2021 sudah menjadi pembicaraan publik. Ciri-ciri varian baru ini tiga. Pertama daya tularnya ganas. Kedua, daya bunuhnya lemah. Ketiga, varian ini akan menyerang siapa saja, termasuk yang sudah divaksin secara lengkap.
Sebatas mengingatkan, pada awal-awal penyebarannya, Covid-19 adalah virus flu yang direkayasa secara genetik sehingga daya tular dan daya bunuh yang luar biasa. Efek dari wabah ini telah meluluhlantakkan nyaris semua sektor kehidupan; Sosial, ekonomi bahkan peribadatan.
Tapi bagi mereka yang mengilmui wabah ini, sejatinya bisa menghindari serangan ini dengan mudah dan santai. Karena Corona pada intinya adalah flu. Sejak zaman nenek moyang kita, flu adalah hal yang sangat biasa.
“Kebijakan panik Bupati akan berimbas ke kepanikan warga dan ujungnya akan merusak ekonomi yang sudah mulai stabil lagi.”
Kita menghadapi flu itu cukup dengan banyak istirahat dan makan enak. Plus santai dan selalu optimistis, sehingga daya tahan tubuh kita terjaga. Bagaimana kalau virus ini hasil rekeyasa genetik agar daya bunuhnya makin kuat; Pemerintah sudah punya resep jitu: yaitu new normal dan protokol kesehatan. Titik. Tidak lebih dari itu.
Yang luput dari perhatian publik adalah unsur kesetimbangan alam yang berjalan secara alamiah dan objektif. Bahwa secanggih-canggihnya rekayasa manusia, apalagi sampai merusak tata kehidupan ummat, maka alam akan melawan secara otomatis dan permanen.
Nanti akan muncul 10 varian baru Corona. Tapi alam telah mengoreksinya dengan seksama. Bahwa munculnya varian-varian baru itu akan terus melemah dan melemah daya bunuhnya. Minggu kemarin di Inggris telah ditemukan varian baru yang daya bunuhnya makin melemah.
OMICRON BAGAIMANA
Kalau kemudian pejabat di Purwakarta menanggapi wabah dengan varian ini dengan cara panik, itu patut dikoreksi. Padahal memahami Omicron itu simpel. Bahwa daya tularnya tinggi adalah benar. Sebagaimana varian Delta sebelumnya. Bahwa semua yang sudah divaksin bakal kena adalah benar. Karena itu, tidak usah lebay dengan program vaksinasi. Yang perlu diingat varian ini sudah melemah. Tidak mematikan. Publik akan kembali seperti dulu. Flu dari efek Omicron adalah flu biasa.
Perut kita mendadak mual, ketika Bupati kemudian menginteruksikan agar sekolah kembali ditutup. Ini bakal memicu kepanikan yang luar biasa. Efeknya bisa konyol mengimbas ke perekonomian warga.
Bisnis bisa kembali terhenti. Kemiskinan bisa memuncak. Efek dari pendapatan warga yang ancur. APBD akan kembali terkuras. Masalahnya apakah Bupati punya uang untuk menopang kemerosotan ekonomi yang dipicu oleh kebijakan panik yang dia ciptakan?
Penyakit pejabat memang malas membaca. Maka dari itu merespon varian Omicron tingkahnya sama dengan saat menghadapi jenis Delta beberapa waktu lalu.
Perekonomian warga baru saja menggeliat. Warung-warung di pojok-pojok jalan baru sesaat merasakan omzet naik. Resto-resto besar baru bisa tersenyum. Tolong jangan bunuhi mereka lagi.
Kami tahu kok. Di saat rakyat lagi sekarat, kekayaan kalian pada naik rata-rata Rp 3 miliar. Apa ini karena kalian para pejabat ingin kembali menikmati penderitaan warga untuk memperkaya diri sendiri lagi? Sungguh kebijakan yang sangat biadab.
Ibu Bupati yang keren dan joz, tolong jangan panik dan lebay. Topang rakyatmu dengan kebijakan yang meneduhkan. (newspurwakarta.com) editor : gsoewarno