Setelah Dedi Mulyadi Kabur dari Partai Golkar
PURWAKARTA (newspurwakarta.com) – Tiga bulan lalu, Ketua Komunitas Peduli Purwakarta (KPP) memprediksi bahwa majunya Saepul Bahri Zein (Binjen) sebagai calon Bupati Purwakarta, hanya sebatas hangat-hangat tahi ayam. Menurut Ketua KPP, tidak lama lagi bakal terjerembab.
Kini, setelah Dedi Mulyadi lari dari Partai Golkar, nasib pencalonan Binjen langsung redup. “Prediksi saya menjadi kenyataan. Binjen bukan siapa-siapa,” jelas Ketua KPP Munawar Kholil akhir pekan lalu.
“Dedi menargetkan, untuk mengubah Purwakarta perlu berkuasa selama 35 tahun. Pemikiran inilah yang memicu DM kemudian membangun dinasti politik agar apa yang dicita-citakannya bisa tuntas.”
Setelah dicerai Anne Ratna Mustika, Dedi Mulyadi langsung tancap gas untuk mendorong Binjen sebagai calon Bupati. Sejak tiga bulan yang lalu, sosialisasi Binjen begitu gencar.
Dedi Mulyadi sering membawa Binjen dalam banyak acara sosialisasi DPR. Di forum-forum itu, Binjen juga diperkenalkan sebagai calon Bupati.
Tim sukses pun sudah dibentuk. Mereka bergerak membuat banyak acara yang dikemas untuk memperkenalkan pengusaha yang besar karena proyek-proyek dari Dedi Mulyadi selama berkuasa itu.
Bahkan spanduk dan kaos-kaos relawan dengan tulisan “Om Binjen Bupati Aing”, sudah masal dikerahkan. Maklum saja, nama Binjen tidak setenar Dedi Mulyadi.
Kandas di Tengah Jalan
Tapi kini nasib Binjen seperti si pungguk merindukan bulan. Setelah Dedi Mulyadi lari kocar-kacir dari partai Golkar, nasib pencalonan Binjen pun jadi gelap gulita. “Pendekatan ke PKS juga tidak mendapat respon dari internal PKS,” jelas Kiai Kholil.
Setelah Dedi hengkang dari Golkar, gerbong Dedi dibawa semua ke partai Gerindra. Menurut satu kader partai Prabowo itu, nama Binjen juga ditolak untuk masuk ke partai itu.
Binjen memang kader utama Dedi Mulyadi. Bersama Purwanto, tiga serangkai ini, DM, Binjen dan Ipung memang sudah berjuang bersama sejak Dedi masih menjadi Ketua HMI Cabang Purwakarta.
“”Prediksi saya menjadi kenyataan. Binjen bukan siapa-siapa.” (Ketua KPP Kiai Munawar Kholil)

Karier Dedi menanjak sejak menjadi anggota DPRD Purwakarta, kemudian naik lagi menjadi Wakil Bupati Purwakarta dan terakhir menjadi Bupati Purwakarta selama dua periode.
Dedi menargetkan, untuk mengubah Purwakarta perlu berkuasa selama 35 tahun. Pemikiran inilah yang memicu DM kemudian membangun dinasti politik agar apa yang dicita-citakannya bisa tuntas.
Tapi apa lacur, dinasti politik Dedi malah hancur oleh perlawanan isterinya sendiri. Setelah dicerai Anne Ratna Mustika, Dedi dan anaknya Maulana Akbar Habibie dipanggil DPP Partai Golkar untuk menghadapi sidang etik.
Tapi belakangan Dedi Mulyadi lebih memilih kabur dari partai Golkar, ketimbang dipermalukan akibat dipecat secara tidak hormat oleh DPP. (ril) editor : mridwan