Kadisdik Dr. Purwanto : “Pulang Sekolah tidak Ada Larangan.”
PURWAKARTA (enpe.com) – Larangan jajan usai siswa pulang sekolah, menurut satu pedagang warungan, membuat susah para pemilik warung. Menurutnya, aturan ini tidak manusiawi dan membuat pemilik warung semakin susah berjualan.
Ust Asep, warga Ciseureuh menyatakan hal itu kepada enpe.com kemarin (17/3/22). “Dulu saat ada larangan jajan saat istirahat saja sudah membuat omzet saya anjlog. Ini sekarang setelah pulang pun dilarang juga. Jadi makin susah saya,” jelasnya.
Ust Asep mengelola warung di dekat SD Kahuripan di Dian Anyar. Sekolah ini adalah lembaga pendidikan terpadu.
“Yang jadi masalah warung saya ini yang nitip jajanan adalah ibu-ibu rumah tangga yang punya anak yatim. Kita ingin membantu perekonomian mereka. Gara-gara ada larangan jajan usai pulang sekolah, jualan ibu-ibu itu jadi pada tidak laku,” jelasnya.
“Regulasi ini akan kami sempurnakan agar secara ekonomi tidak ada yang dirugikan.” (Kadisdik Dr. Purwanto, M.Pd).
Pihaknya menyatakan sudah mencoba membahas masalah ini dengan pihak sekolah. “Tapi ya itu, katanya sudah jadi aturan dari atas,” jelasnya.
Ust Asep juga sudah mempersoalkan ini ke Komite Sekolah. “Bahkan ke dinas pun sudah saya lakukan. Tapi hasilnya nihil,” ujarnya.
Menurutnya, kebijakan ini tidak logis. “Kalau larangan jajan pas istirahat kami bisa memahami. Tapi sepulang sekolah juga diatur-atur itu seperti kurang kerjaan,” ujar Ust Asep.
Pihaknya meminta agar kebijakan ini dicabut. “Sudah terbukti membuat susah orang,” jelasnya.
TIDAK ADA LARANGAN
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Purwkarta Dr Purwanto, M.Pd menegaskan regulasi yang melarang anak sekolah dilarang jajan usai pulang sekolah itu tidak ada. “Kalau sudah pulang sekolah itu tidak ada larangan. Itu terserah orang tua siswa,” jelas Purwanto.
Menurutnya, Bupati hanya mengatur larangan jajan saat istirahat sekolah. “Jadi yang kami atur hanya jajan saat istirahat saja,” jelasnya.
Kebijakan ini, menurut Ipung, sapaan Purwanto, punya tujuan baik. “Kita ingin anak-anak bawa bekal dari rumah. Sehingg ada kedekatan psikologis antara siswa dan orang tua,” jelasnya.
Anak-anak, menurut Purwanto, juga perlu dijaga kesehatannya. “Kadang kualitas jajanan sekolah tidak bagus untuk kesehatan. Ini yang perlu dijaga,” ujar Ipung.
Tujuan lain dari kebijakan ini, menurutnya, adalah agar siswa bisa direm kebiasaan konsumtifnya. “Kadang ada siswa yang jajannya jor-joran. Kita tahu orang tuanya hanya punya pendapatan Rp 25 ribu per hari. Tapi untuk jajan anaknya Rp 15 ribu. Ini tidak sehat,” jelasnya.
Meski begitu, Purwanto berjanji akan mengevaluasi kebijakan ini. “Kita akan pertimbangkan soal berkurangnya pendapatan warung di sekolah. Bisa juga nanti kami minta pertimbangan Dinkes untuk merekomendasikan jenis jajan yang sehat untuk anak-anak,” ujarnya.
Purwanto mengakui, kebijakan ini tidak mempertimbangkan dampak ekonomi bagi warga sekitar sekolah. “Nanti akan kami sempurnakan agar ada jalan keluar terbaik,” jelasnya. (one) editor : gsoewarno