Putri juga ada Kelemahan Soal Hubungan dengan Konstituen
PERSETERUAN politik itu abadi. Bahkan cenderung dipelihara. Tentu biar seru. Seperti yang terjadi di peta politik lokal Purwakarta. Siapapun calon Bupati yang diusung, hakekatnya yang nyata adalah perseteruan lama yang nyaris terus berulang ; Ade Komarudin (Akom) versus Dedi Mulyadi (DM). Selebihnya hanya sebatas bayang-bayang. Figuran pelengkap, yang nyaris tiada arti.
Antara Akom dan DM pada 2011 dulu adalah laiknya guru dan anak didik. Bahkan, keputusan DM untuk maju sebagai Wakil Bupati untuk berpasangan dengan Lili Hambali diambil di rumah Akom di Jakarta. “Dah wakilnya biar kamu saja Ded,” ujar Akom saat itu dengan ringan.
Dan sejarah kemudian mengubah persahabatan dua politisi itu menjadi perseteruan tiada akhir. DM kemudian mengambil alih posisi Ketua DPD Partai Golkar Purwakarta dari guru politiknya juga. Posisi Dedi kemudian makin menguat. Sepak terjangnya tak terbendung. Sampai akhirnya sukses membangun dinasti politik yang menjijikan.
“Dalam urusan dengan konstituennya Puteri masih banyak persoalan. Laiknya kacang lupa pada kulitnya.”
Ibarat meraksasa, posisi politik DM kemudian bisa sejajara dengan Akom. Ini yang membuat Akom meradang. Ia merasa DM anak durhaka yang liar dan susah diatur.
Politik pada hakekatnya adalah kematangan, lentur dalam bermain dan sesekali nakal dan liar. Perlu proses panjang agar cara berpolitiknya memang berdaging dan tidak kekanak-kanakan.
Sejatinya, politisi sejati ya Akom. Diam, matang dan dewasa. Sebaliknya dengan DM, makin kaya pengalaman, makin lembek dan kelewat lebay dalam banyak hal. Tapi bisa jadi, gaya berpolitik orang per orang itu berbeda. Mereka punya jalan pedang sendiri, laiknya Mushashi.
ANNE LAWAN PUTERI
Kini, head to head antara Akom melawan DM makin nyata. Ini terjadi ketika Puteri sebagai kader politik dan biologis Akom memutuskan untuk maju dalam Pilkada Purwakarta 2024. Ini sesungguhnya sejatinya pertarungan antara Akom versus DM di lapangan politik yang riil dan keras.
Hakekatnya, keduanya punya banyak kelemahan. Terutama Anne. Dengan kematangan berpolitik yang masih bau kencur, DM memaksakan isterinya untuk maju pada Pilkada lalu.
Latar belakang sebagai ibu rumah tangga yang miskin pengalaman terbukti kini menjadi persoalan serius. Dengan hanya bermodal pencitraan, publik memang mudah dibius. Sehingga Anne bisa memenangi pertarungan Pilkada yang lalu.
Tapi, kualitas pribadi itu tidak pernah bohong. Tiga tahun berkuasa, kinerja Bupati Anne ancur-ancuran. Apalagi sempat diterpa gelombang Corona yang hebat.
Kritik Poros Gerakan Mahasiswa Purwakarta pun seperti mengiris-iris hati. Orang miskin di Purwakarta mencapai 41,8%. Data dari BPS yang memotret kondisi sosial ekonomi rakyat Purwakarta pada 2020 adalah bukti nyata, bahwa kinerja Anne sungguh memalukan.
Belum bicara soal angka rata-rata anak putus sekolah di Purwakarta, yang sejak Anne berkuasa selama tiga tahun angkanya masih bertengger di SMP kelas 2. Fakta ini membuktikan bahwa program belajar 9 tahun itu gagal total. Dalam posisi dana pendidikan di Purwakarta selama ini menelan APBD sampai 30%. Terbesar dengan prestasi jeblok, sejeblok-jebloknya.
Apalagi kalau kita menilik angka pengangguran pemuda di sini. Sejak Anne berkuasa tetap diangka 20%. Ini angka yang memiriskan. Pemuda sebagai pemegang masa depan, sebagai objek pembangunan terabaikan. Kaya anak tiri yang tidak penting, apakah perlu diberdayakan atau dibinasakan.
Itu potret Anne selama memimpin. Buat raykat Purwakarta nambah hidup semakin susah.
Puteri juga figur politisi nasional bermasalah. Terutama abainya kepada konstituen. Banyak yang menilai seperti kacang lupa pada kulitnya. Ini adalah fakta yang tidak terbantahkan.
Bisa jadi ini efek dari pengalaman politik yang masih anak kemarin sore. Gagal paham, bagaimana memelihara konstituen.
Mudah-mudahan Puteri sadar dan segera minta maaf. Mengoreksi diri, bahwa politik itu biaya. Konstituen itu ongkos. Logis dan wajar. Menghindari kewajiban kepada konstituen itu pengkhianat sejati.
Buat Puteri masih punya banyak waktu untuk membenahi diri. Karena rekam jejak itu penting. Politik yang dibangun dengan semangat dinasti, pasti ujung-ujungnya korupsi, nepotisme dan kronisme. Kita bisa lihat bagaimana DM menggerakkan mesin politiknya itu.
Puteri mesti bisa membawa marwah politik Purwakarta agar lebih punya kredibilitas. Iklim politik yang sehat. Punya tata krama dan sopan santun. Tidak kekanak-kanakan. Dan bersih dari polesan palsu pencitraan.
Tapi untuk tegak lurus dengan gaya berpolitik yang sehat seperti itu, anak idiologis Akom masih perlu banyak belajar. Ini agar tidak ada satupun peluru yang bisa diledakkan untuk menghancurkan ambisinya menjadi Bupati Purwakarta.
Bahwa Purwakarta perlu perubahan radikan itu iya. Bahwa dinasti politik itu mesti dihentikan adalah wajib. Tapi itu akan membutuhkan pertarungan dan kerja keras yang tidak ringan dan buas. Selamat berdjoang. (newspurwakarta.com) editor : mridwan