PARTAI Keadilan Sejahtera (PKS) Purwakarta menegaskan ada peluang untuk mendukung Bupati Anne Ratna Mustika dua periode. Hal itu ditegaskan oleh Ketua DPD PKS Purwakarta Arief Kurniawan di forum Rakerda PKS akhir pekan lalu.
“Kalau bicara dua periode, selama itu baik ya ayo. Tapi kalau kami lihat ada yang lebih baik ya akan kami dukung yang lebih baik. Karena politik itu tidak pernah bicara satu tambah satu adalah dua. Jadi, semua serba tidak pasti,” ujar Akur sapaan akrab Arief.
Pernyataan Arief ini membuktikan bahwa PKS Purwakarta gagal memahami siapa Anne Ratna Mustika dan prestasinya. PKS juga tidak cukup mampu menangkap sinyal politik ummat, apa keinginan warga Purwakarta untuk memberangus politik dinasti yang coba dikembangkan oleh keluarga Dedi Mulyadi. Kita tentu sangat prihatin dengan kualitas PKS hari ini.
“Demokrasi yang sehat itu pasti antikorupsi, antipolitik dinasti, menjunjung tinggi transparansi, bertanggung jawab, dan menjaga moralitas etik dalam kehidupan politik di Purwakarta.”
Arief bisa jadi gagal paham, kita maklumi saja. Tipikal politisi muda yang malas belajar untuk memahami Purwakarta. Pernyataan sinyal dukungan ke Ambu membuktikan bahwa PKS mencoba bermain api dengan sikapnya. Mungkin Arief lupa bahwa ummat pernah menjatuhkan palu godam ke PKS saat mendukung Dedi Mulyadi sebagai calon Bupati saat itu. Dan seketika PKS dianggap sampah, dukungan di ummat nol dan saat itu tidak mendapat kursi satupun di dewan.
PKS mestinya mau belajar bahwa Purwakarta menjadi berantakan seperti sekarang, diduga akibat adanya politik dinasti yang coba dibangun di sini. Politik Dinasti yang sedang dibangun oleh keluarga Bupati adalah biang segala permasalahan. Tidak ada kebaikan sedikitpun dari politik dinasti. Dan publik akan mengingat bahwa PKS akan mendukung politik dinasti ini.
Dugaan korupsi yang nyaris terjadi di semua lini dalam 12 tahun terakhir adalah produk politik dinasti. Birokrasi yang carut marut adalah anak kandung politik dinasti. Gagalnya Bupati Anne menaikkan PAD dengan alasan Corona sehingga jalan rusak di mana-mana adalah produk politik dinasti yang tidak mengindahkan kompetensi seorang pemimpin. Dugaan transaksi jual beli jabatan adalah produk politik dinasti, politik balas jasa yang penuh dengan transaksionalisme.
Intinya, produk gagal ini akan didukung oleh PKS untuk berkuasa dua periode. Tentu ini naif dan aneh bin ajaib.
Selama ini, keberadaan Fraksi PKS di DPRD juga nyaris tidak terdengar. Ada dan tiadanya sama sama. PKS tidak mampu mengubah hal-hal prinsip perbaikan di Purwakarta. Maka dari itu wajar, kalau sinyal dukungannya ke Anne sudah dikumandangkan jauh-jauh hari.
Demokrasi mesti kita junjung dengan moralitas tinggi. Demokrasi yang sehat. Demokrasi yang memberi pembelajaran politik yang normal kepada konstituennya.
Demokrasi yang sehat itu pasti antikorupsi, antipolitik dinasti, menjunjung tinggi transparansi, bertanggung jawab, dan menjaga moralitas etik dalam kehidupan politik di Purwakarta.
Demokrasi yang sehat perlu kapasitas intelektual yang cukup. Tipikal demokrasi jenis ini akan melahirkan pemimpin yang cakap, dengan kapasitas dan kapabilitas yang keren, karena isi kepalanya bukan cairan aqua. Pemimpin yang cerdas, tidak asal ngomong, laiknya pernyataan Ketua PKS ini.
Tapi apapun PKS sejak dulu ya seperti itu. Dengan cara berpolitik yang aneh-aneh. Kalau mereka sekarang memberi sinyal dukungan ke Ambu, ya kita maklumi saja. Toh pilihan partai Islam sekarang beragam. Ada Partai Masyumi, ada Partai Umat.
Kalau PKS kembali bermain api dengan Ambu, ayo kita jatuhkan palu godam untuk kedua kalinya. Jangan sekali-kali lirik PKS lagi. Tinggalkan, karena terbukti cara berpolitiknya memang masih kaya ABG dan memalukan. (newspurwakarta.com) editor : gsoewarno