Satu per Satu Kroninya Dipreteli Teh Anne
DEDI Mulyadi sampai merasa perlu untuk unjuk gigi. Hanya untuk memastikan ke publik bahwa dia masih mampu bercokol dengan kekuatan yang dia “merasa’ masih punya. Hanya untuk mengadapi mantan isterinya seorang, teh Anne Ratna Mustika.
Kemarin beredar luas di dunia maya. Juga di dunia nyata. Ketika penghamba Dedi dikumpulkan. Mereka adalah kader militan DM. Apa kata Dedi ngikut. Pun kalau disuruh nyemplung bareng ke jurang.
Dedi perlu mengumpulkan segala daya. Segala upaya. Tidak peduli apakah langkahnya membuahkan pujian atau cibiran. Dikumpulkanlah beberapa pentolan partai, yang dari mereka semua, selama ini adalah para penikmat proyek pemkab.
“Tajug Gede Cilodong juga akan direvitalisasi oleh teh Anne Ratna Mustika. Pelan tapi pasti pengaruh Dedi akan terus tergerus.”
Wajar saja. Kegelisahan kolektif itu memicu solidaritas. Cuma mereka lupa bahwa publik Purwakarta itu makin cerdas dan pintar.
Bukan pujian yang kemudian menggelombang. Tapi sinisme dan cibiran. “Gila untuk melawan Anne seorang DM perlu menunjukkan kekuatannya secara terang benderang gitu,” ujar nitizen mengomentari pertemuan para “pedagang” politik itu.
“DM kalap dan kalut.” Ada juga yang berkomentar,”Itu pedagang semua yang selama ini menikmati proyek pemerintah. Dan kalau mereka jadi berkuasa lagi, rakyat Purwakarta jadi penonton. Dan ini berbahaya.”
Loyalis DM Dipreteli Satu-Satu
Dedi Mulyadi patut gelisah. Ancaman keruntuhan dinasti politik yang sudah dia bangun hampir 15 tahun bakal runtuh dalam sekejap. Ini tentu tragedi politik yang menyakitkan buat dia. Apalagi yang memberangus bangunan politiknya adalah isterinya sendiri.
Teh Anne Ratna Mustika mulai melangkah dengan pasti dan terukur, untuk mempreteli pengaruh DM satu per satu. Setelah banyak Kades dan Camat menyeberang ke dirinya, pada 2 januari 2023 lalu, Direktur Utama PDAM mengundurkan diri. Dia adalah paman Dedi Mulyadi, yang sudah menjabat sebagai Direktur di PDAM nyaris 14 tahun. Terlama di dunia.
Maka dari itu, PDAM Purwakarta kembang kempis. Tidak pernah untung besar. Padahal ini bisnis monopoli.
Ini terjadi karena PDAM selama ini diduga menjadi sapi perah penguasa. Jadi mesin ATM. Maka dari itu judulnya rugi dan rugi. Masalah demi masalah. PDAM jadi bisnis penuh masalah. Bukan bisnis penuh keuntungan untuk menyumbang PAD. Yang membuat perut mual, uang rakyat yang digelontorkan ke PDAM juga tidak sedikit.
Sebentar lagi konon tata kelola Tajug Gede Cilodong akan direvitalisasi oleh teh Anne. Ini yang membuat DM kalang kabut.
Karena bisa jadi tata kelola keuangan di Tajug Gede oleh teh Anne akan diaudit investigasi. Agar terang benderang ke mana uang dari banyak pihak itu selama ini mengalir. Ngeri-ngeri sedap.
Makanya wajar. Dedi akan terus menunjukkan tajinya. Seolah-olah dia masih berakar kuat di Purwakarta. Padahal itu cuma seolah-olah saja. Dedi lupa bahwa publik sudah mules mendengar namanya. Karena rakyat Purwakarta sudah lebih pintar dan cerdas.
Rakyat Purwakarta berkeyakinan, bersama teh Anne Purwakarta akan jadi Purwakarta Juara. Publik sudah mantap dengan sikapnya untuk ogah dengan politik dinasti. Purwakarta sudah saatnya menunjukkan jati dirinya.
Purwakarta akan kembali menjadi kota santri yang relijius dan bukan lagi jadi sarang korupsi.
Dari kerumunan orang yang berkumpul kemarin ada satu Ketua Partai yang partainya sekarang lagi moncer-moncernya. Karena keberaniannya mendeklarasikan Capres harapan rakyat.
Cuma ketua partai ini tidak sadar bahwa di tangannya ada kekuatan dan kekuasaan politik yang melebihi Dedi Mulyadi. Tapi, bisa jadi karena pengetahuannya yang masih kasep, ia masih lebih merasa nyaman kalau tetap mempertahankan status quo, untuk tetap di bawah ketiak DM.
Politik memang penuh dengan transaksional. (newspurwakarta.com) editor : mridwan