Golkar Jabar Mesti Sapu Bersih Jaringan Dedi Mulyadi
PREDIKSI Ketua Komunitas Peduli Purwakarta (KPP) Kiai Munawar Kholil ternyata benar 100%. Saat itu, Kiai Kholil menyatakan pasca masuknya Ridwan Kamil ke partai Golkar, masa depan Dedi Mulyadi dan anaknya Maulana Akbar Habibie bakal suram. Sekarang Dedi Mulyadi sudah mundur dari partai Golkar dan anggota DPR RI, kemudian disusul Maulana Akbar, anaknya yang Ketua DPD Partai Golkar Purwakarta itu. Kemenangan rakyat sudah terbukti dengan terang benderang.
Dedi dan pengikutnya kini masuk ke partai Gerindra, ada yang ke PKS. Dinasti yang dibangun selama 15 tahun oleh Dedi Mulyadi hancur berkeping-keping, justru oleh mantan isterinya sendiri Anne Ratna Mustika. Anne sekarang Bupati Purwakarta itu.
Tapi Dedi memang lebih baik mundur dari Partai Golkar, ketimbang dipecat oleh Komite Etik DPP Partai Golkar secara tidak hormat. DM, sapaan akrab Dedi rupanya tahu diri. Dan demi kehormatannya tetap terjaga, dia memilih mundur.
“Kalau orang seperti Amor tidak dibersihkan dari partai Golkar, maka ini akan sangat berbahaya bagi masa depan dan kemandirian partai Golkar. Karena, Dedi Mulyadi meski sudah di Gerindra masih bisa mengendalikan Golkar Purwakarta melalui kader-kadernya.”
Dosa Dedi Mulyadi kepada partai Golkar memang besar. Boikot terhadap Paripurna beberapa waktu lalu adalah salah satu contohnya. Demi menjegal Anne yang saat itu lagi proses perceraian, DM diduga menginteruksikan kepada Maulana, untuk memboikot Paripurna. Saat itu, Ketua DPRD Purwakarta Ahmad Sanusi yang juga Sekretaris DPD Partai Golkar Purwakarta mengendalikan operasi pemboikotan itu. Ahmad Sanusi (Amor) adalah anak idiologis Dedi Mulyadi.
Kasus ini menjadi persoalan besar karena saat itu interuksi DPD Partai Golkar Jawa Barat jelas agar paripurna diamankan. Tapi interuksi itu dilawan oleh Dedi melalui tangan-tangannya di Golkar Purwakarta.
Kesalahan kedua DM yang fatal adalah saat Ketua DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto berkunjung ke Purwakarta. Semua pengurus DPD Golkar Purwakarta tidak ada yang hadir. Di samping Maulana, Amor juga tidak hadir. Bendera Partai Golkar juga tidak dipasang.
Dua kasus itulah yang kemudian DPP memutuskan untuk menggelar Sidang Etik untuk Maulana. Tapi persidangan belum sempat digelar, tiba-tiba Dedi dan anaknya memilih mundur. Ketimbang malu dipecat oleh DPP Partai Golkar.
Dedi Hancur oleh Dirinya Sendiri
Ketua KPP Kiai Munawar Kholil beberapa waktu lalu menyatakan kehancuran dinasti yang dibangun oleh Dedi Muyadi lebih banyak disebabkan oleh Dedi sendiri. “Siapapun yang membangun dinasti dengan cara-cara tidak biasa, antidemokrasi dan mencoba membangun kekuasaan yang sentralistik, maka kehancuran itu soal waktu saja,” ujarnya.
Maka dari itu, menurut Kholil, dinasti politik di Purwakarta bukan hancur oleh Anne Ratna Mustika. “Tapi oleh cara berpolitik yang sakit oleh Dedi Mulyadi. Orang boleh merasa hebat, tapi keadilan dan kebenaran yang akan meluruskannya,” katanya.
Sebagai catatan, sejak dedi menjadi Bupati Purwakarta selama 10 tahun, dia sukses membangun dinasti politik. Semua partai politik bisa dikendalikan DM. Dinas-Dinas basah juga dikuasai oleh orang-orangnya Dedi Mulyadi. Ketua DPD Partai Golkar dipegang anaknya, yang dipilih secara aklamasi.
Musuh-musuh politik DM dibuat tidak berkutik. Bahkan ada yang dikorbankan sampai masuk penjara. Kronisme dibangun untuk menggarap proyek-proyek Pemkab Purwakarta. Tender proyek diduga diatur-atur sehingga pemenangnya hanya kroninya Dedi. Salah satu yang menikmati proyek Pemkab Purwakarta selama Dedi berkuasa adalah Saepul Bahri Zein atau Binjen.
Tapi kekuatan dinasti Dedi Mulyadi sekarang luluh lantak. Hancur berkeping-keping. Tidak bersisa.
Masih Dikuasai Orang Dedi Mulyadi
Selepas dari cengkeraman dinasti Dedi Mulyadi, Partai Golkar Purwakarta kini makin bergairah. Orang-orang lama yang selama ini disingkirkan Dedi Mulyadi kini merapat lagi. Demokrasi di Partai Golkar lebih sehat.
Sekretaris DPD Partai Golkar Ahmad Sanusi mengendalikan operasional Golkar Purwakarta. Konsolidasi ke bawah pun dikebut. Mereka ingin membuktikan bahwa tanpa DM Golkar Purwakarta baik-baik saja.
Amor seperti memanfaatkan situasi ini untuk menebus dosa-dosa politik masa lalunya. Cuma publik tidak boleh lupa bahwa Ahmad Sanusi adalah kader idiologis Dedi Mulyadi.
Kalau orang seperti Amor tidak dibersihkan dari partai Golkar, maka ini akan sangat berbahaya bagi masa depan dan kemandirian partai Golkar. Karena, Dedi Mulyadi meski sudah di Gerindra masih bisa mengendalikan Golkar Purwakarta melalui kader-kadernya.
Maka dari itu, bersih-bersih yang dilakukan oleh DPD Partai Golkar Jawa Barat tidak boleh tanggung. Gerbangnya Dedi Mulyadi mesti dibersihkan. Sebersih-bersihnya. Sampai ke akar-akarnya. Baru demokrasi di Purwakarta bakal terjaga kesehatannya. Tidak sakit-sakitan seperti yang terjadi selama ini. (newspurwakarta.com) editor : mridwan