EFEK DARI KETUA GOLKAR YANG TERLALU MUDA
PURWAKARTA (enpe.com) – UM Sulaeman, mestinya berhak mendapat jatah Pergantian Antar Waktu (PAW) sebagai anggota DPRD Purwakarta dari Partai Golkar. Tapi gara-gara dia sering mengritik Bupati Anne Ratna Mustika dan Dedi Mulya, hak dia sebagai anggota legislatif terancam di coret.
“Saya oleh Dedi Mulyadi dinilai tidak loyal, sering mengritik Bupati Ambu dan Dedi. Sekarang saya dalam proses pemecatan dari keanggotaan di Golkar. Kalau mereka sukses memecat saya, maka hak saya menjadi anggota dewan hilang.”
UM Sulaeman, kader Golkar dari Wanayasa menjelaskan hal itu kepada enpe.com kemarin (26/5/21). “Tapi saya tidak akan tinggal diam, secara hukum akan saya lawan,” tandasnya.
“Saya belum pernah diajak bicara apapun oleh partai, tiba-tiba yang berkembang malah saya mau dipecat. Selama ini saya loyal ke partai. Semua program saya jalankan. Apa salah saya,” jelas Sulaeman.
Sulaeman merasa, di dunia politik, soal kritik mengritik itu biasa. “Ini mereka merasa, Bupatinya dari Golkar kok kader Golkar mengritik,” jelasnya. Pihaknya mengaku heran.
Ia meyakini bahwa apa yang akan dijadikan landasan hukum terhadap pemecatan dirinya lemah. “Saya optimistis bisa memenangi persoalan ini,” tegasnya.
Menurut Sulaiman, Ia sudah berkirim surat secara resmi soal PAW ini kepada Ketua DPD Golkar Purwakarta. “Termasuk semua prosedur PAW sudah kami serahkan. Tapi respon Ketua DPD dingin-dingin saja. Yang ramai kemudian malah hak saya sebagai anggota Dewan akan dicabut,” ujarnya.
Ketika ditanya, apakah secara organisatoris dirinya pernah dipanggil secara resmi oleh pengurus DPD Golkar Purwakarta? Sulaeman menyatakan belum pernah. “Saya pernah berkirim wa ke Ketua DPD Golkar, tapi hanya dijanjikan akan bertemu dilain waktu. Sampai sekarang belum pernah bertemu,” jelasnya.
Pihaknya meyakini, keinginan Golkar menjegal dirinya itu atas keinginan Ketua DPD Golkar. “Ini pasti untuk mengamankan kepentingan keluarga DM, melalui Ketuanya. Diangkatnya Maula Akbar Secara aklamasi kan konteksnya untuk mengamankan kepentingan keluarga Dedi,” jelasnya.
Ketua DPD Partai Golkar Purwakarta adalah Ahmad Habibie Bungsu Maula Akbar. Dia adalah anak kandung Dedi Mulyadi. Maula terpilih sebagai Ketua DPD Golkar dengan cara aklamasi.
Sebelumnya, anggota DPRD dari Partai Golkar Akun Kurniadi meninggal dunia. Berdasarkan Peraturan KPU No 6 Tahun 2017, maka yang berhak menggantikan adalah suara terbanyak di bawahnya pada dapil yang sama.
Dalam kasus ini, maka UM Sulaemanlah yang berhak mendapat jatah PAW. Sulaeman merasa heran terhadap rencana pemecatan dirinya.
“Usulan pemecatan itu di pleno DPD Golkar Purwakarta, tanpa ada panggilan ke saya untuk klarifikasi. Saya selama ini loyal ke partai. Semua program partai saya jalani. Dalam Pemilu lalu suara saya juga besar. Lalu apa dasar pemecatan saya,” jelasnya.
Ia mengaku sudah menyiapkan pengacara untuk melawan kebijakan Partai yang merugikan dirinya.
TIDAK PAHAM URUSAN
Sementara itu Sekretaris DPD Golkar Purwakarta Ahmad Sanusi saat dikonfirmasi soal ini enggan menjelaskan. Pertanyaan yang dikirim melalui saluran whatsapp hanya dibaca saja. Amor, sapaan akrab Ahmad lebih suka diam ketimbang menjelaskan soal ini ke publik.
Sementara itu Sulaeman menambahkan, kisruh ini akibat pimpinan Golkar Purwakarta yang terlalu muda. “Jadi dia tidak paham urusan. Isyu yang berkembang, saya kurang dikehendaki oleh kang DM,” jelasnya.
Ketika ditanya apakah secara pribadi, dirinya ada persoalan dengan DM? Sulaeman menyatakan tidak ada. “Hubungan saya dengan dia biasa-biasa saja,” katanya.
Sulaeman juga mengaku tidak tahu, siapa calon yang dikehendaki oleh DM. “Yang pasti, ini sudah lima bulan sejak Januari, sampai sekarang DPD Golkar belum mengusulkan ke KPU,” ujarnya.
Sementara itu, anggota KPU Purwakarta Dian Hadiana dari unsur HMI ketika ditanya soal ini hanya menyatakan,”Saya masih di jalan. Nanti malam saja saya jawab.” Tapi sehari kemudian, sampai berita ini turun, Dian enggan menjelaskan soal ini. (one) editor : gsoewarno