Pembinaan ke Petani Manggis Nyaris tidak ada
BUPATI Purwakarta Anne Ratna Mustika, kemarin (7/2/22) menggelar ritual ekspor Manggis, sebanyak 500 ton ke China. Kegiatan yang mentereng ini, nyaris tidak berdampak apapun terhadap kesejahteraan petani Manggis. Mereka tetap di kubangan kemiskinan secara permanen.
Kenapa bisa terjadi? Mari kita datangi sentra Manggis di Wanayasa dan sekitarnya. “Sudah tiga tahun panennya singkat. Tidak ada panen raya. Harga jualnya juga tidak seberapa Rp 20 ribu per Kg,” jelas Dani warga Ciawitali kecamatan Wanayasa, kepada enpe.com beberapa waktu lalu.
Menurutnya, harga itu turun naik. “Kalau lagi apes hanya dibeli tengkulak Rp 10 ribu. Paling mahal Rp 30 ribu per Kg,” ujarnya.
Bulan Februari 2022 ini, menurut Dani, panennya pendek. “Karena banyak yang gugur kembang. Maka dari itu bisa jatuh lagi harganya,” ujarnya.
“Selama tidak ada pembinaan yang benar, petani manggis akan terus miskin.”
Dani menjelaskan, rata-rata petani punya pohon manggis antara 4-10 pohon. “Kalau umur 10 tahun sekali panen bisa dapat 5-10 Kg per pohon. Kalau umur 20 tahun dapat 20-30 Kg per pohon. Kalau umur 30 tahun bisa dapat 60-80 Kg per pohon. Dan kalau umurnya 40 tahun ke atas bisa dapat 1-2 kuintal per pohon,” jelasnya.
Menurut Dani, sudah tiga tahun tidak ada panen raya. “Ini yang membuat kami nyaris tidak bisa tersenyum,” ujarnya.
TIDAK DIBINA
Dani menambahkan, ketika petani Manggis lagi menjerit karena panennya gagal, Pemkab tidak melakukan upaya apapun. “Kami nyaris tidak ada pembinaan. Yang dilakukan Dinas hanya bagi-bagi bibit per kepala keluarga (KK) dua pohon. Setelah itu tidak ada apa-apa,” jelasnya.
Dinas, menurutnya, tidak pernah berfikir bagaimana membina kami agar produktivitas naik. “Bagaimana petani budidaya terserah masing-masing. Mau produksi jatuh tidak pernah ada sentuhan dari Pemkab,” jelasnya.
“Serahkan tata niaga Manggis ke BUMDes. Biar lebih adil dan manusiawi.”
Keluhan Dani adalah suara hati mayoritas petani Manggis di Purwakarta. Pada saat petani menjerit, dua kelompok yang berbeda sedang menikmati kegembiraan yang membuncah.
Dia adalah Bupati Purwakarta, yang dengan gegap gempita menggelar acara yang super mewah untuk peluncuran ekspor Manggis ke China. Seolah itu prestasi besar. Padahal di belakang panggung yang megah itu, para petani sedang gigit jari meratapi nasibnya.
Kedua adalah para tengkulak. Agen kapitalis yang mengatur-atur soal harga ke petani. Kelompok ini nyaris tidak berkeringat. Tapi kekuasaannya untuk menentukan nasib petani, mau bangkrut atau dibuat makin susah, nyaris tidak ada batasnya.
Dua kelompok manusia yang sukses ditopang oleh derita para petani Manggis yang terus berada di kubangan kemiskinan.
ROMBAK TOTAL
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat meresmikan Gedung Creative Center menyatakan selama satu lembaga atau komunitas diurus oleh Birokrasi, maka yang terjadi tidak akan ada kemajuan. “Fungsi birokrasi sekarang hanya untuk akselerator saja. Biar kreativitas diurus oleh anak-anak muda,” jelas Emil sapaan Gubernur.
Apa yang diingatkan Gubernur, sudah dialami oleh petani Manggis. Yang selama ini dimanfaatkan sebetas popularitas para pejabat. Selama birokrasi membina petani, ujungnya tidak menghasilkan apa-apa.
Maka pola pembinaan petani Manggis mesti dirombak total. Setidaknya untuk dua hal;
Pertama, untuk memenuhi kebutuhan pupuk, buat sentra-sentra pupuk organik berbasis sampah rumah tangga. Ada keuntungan berlipat kalau bisa dilakukan ini. a. Sampah rumah tangga jadi habis untuk dioleh jadi pupuk organik. b. Biaya pupuk jadi murah meriah.
Kedua, berdayakan BUMDes untuk melakukan dua hal. a. Sebagai penghubung dengan eksportir. b. Pendampingan ke petani untuk memproduksi pupuk organik.
BUMDes adalah institusi bisnis terkecil di tingkat Desa. Mengambil alih fungsi tengkulak, oleh BUMDes menjadi penting. Karena BUMDes kemudian bisa membeli ke petani dengan harga yang sangat layak, tidak memeras keringat petani sampai kering. Seperti yang selama ini dilakukan oleh tengkulak.
Dari dua kegiatan itu, BUMDes bisa menuai profit. BUMdes tidak hanya mampu memberdayakan petani Manggis agar bisa kaya, tapi juga secara bisnis bisa menuai untung yang wajar.
Ibu Bupati, ambillah popularitas dengan cara terhormat. Jangan biarkan petani Manggis terus miskin, sementara tengkulak yang pesta pora. Saatnya BUMdes berdaya di desanya bersama petani Manggis di Purwakarta. ( newspurwakarta.com) editor : gsoewarno