News Purwakarta – Di seberang kantor Bank BJB Purwakarta, di tengah bisingnya kendaraan, aku mendengarkan betul-betul apa yang ia ceritakan. Sandang, pangan, serta papan adalah mimpi indah bagi mereka.
Usia kelima puluh satu, Dodi hanya memiliki keinginan sederhana. Ia tak mempermasalahkan apapun jenis pekerjaannya. Asal, kebutuhan primernya terpenuhi. Ia hidup seorang diri, tak ditemani siapapun; anak tak punya, istri hidup dengan lelaki muda kaya raya, kedua orang tua meninggal saat ia masih remaja, dan sanak saudara pergi entah kemana.
Aku bertemu dengannya selepas melaksanakan ibadah maghrib. Ia kuhampiri lantaran air wajahnya menampakan kelelahan yang pekat, dan ketika itu ia sedang beristirahat. “Dari mana?” tanyaku penasaran. Ia bercerita, bahwa ia selalu mengelilingi kota setiap hari, dimulai saat matahari akan menampakkan wujudnya hingga rembulan tiba tepat di atas kepala. Dan memang di tempat inilah ia selalu beristirahat.
Katanya, ia menjadi tukang rongsokan pun lantaran terpaksa. Ia tak tahu lagi harus mencari pekerjaan kemana. “Lulusan paket b seperti saya, bisa apa?” Lirihnya pasrah. “Kalau saya engga kaya gini, a, saya mau makan apa?”
Ia berkeluh kepadaku, kalau ada pekerjaan yang menjanjikan, ia akan kerjakan. Apapun jenis pekerjaannya. Ia sudah kelelahan menjadi tukang rongsokan; lelah berjalan jauh dengan ketidakpastian rongsok yang dicari, lelah dicaci, dan lelah dicurigai. “Saya sudah dua tahun lebih, dan ga jarang, a, tukang rongsok kos saya dituduh maling. Niat nyari rongsok di gang-gang, malah dicurigai waé, malahan saya pernah rék digebugan ku warga,” jelasnya. “Tapi alhamdulillah sekarang mah udah ada cctv, a.”

Baju yang dikenakannya pun sudah lama tak ia ganti. Bukan tak ingin mengganti pakaian, tapi memang tak ada lagi pakaian yang ia miliki. Tak peduli baju itu sudah basah terkena hujan, atau sudah kotor terkena sampah basah, selama baju dan celananya itu masih muat di badannya ia tak akan telanjang.
Mendengar cerita semacam itu, aku merasa menjadi manusia paling tak berguna di muka bumi ini. Bagaimana tidak, seseorang yang membutuhkan sandang tak pernah kuperhatikan. Terlebih lagi, ia tidur di beranda toko. Ingin rasanya aku membantu mereka, tapi aku tak punya apa. Bos, bukan. Pemerintah, apalagi. Aku hanya seorang pemuda biasa. Aku selalu memiliki keinginan untuk menjadi orang yang bermanfaat, dan aku selalu berdoa agar hal itu terwujud. Aku menginginkan hal ini, karena Allah telah berfirman:
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri….”
(QS. Al-Isra’ [17] : 7)
Ia pun kembali bercerita, pendapatannya tak jauh hanya limabelas ribu rupiah, dan yang paling besar adalah tigapuluh ribu. Dan saat ini, rongsok sedang turun harga yang sebelumnya satu kilo botol bekas dihargai tigaribu, sekarang jadi duaribu. Dan tentu saja hal ini mempengaruhi pendapatan mereka. Entah mengapa bisa seperti itu, mereka tak mengerahuinya, yang mereka ketahui hanyalah celah rezeki masih ada untuk mereka. (bal) editor: gtsoewarno