Program Bedah Rumah oleh Dedi Mulyadi Ternyata Meninggalkan Utang
KISAH ini persis sinetron. Yang menyisakan nestapa dan kecewa. Hanya meninggalkan rasa malu dan muak buat keluarga Nikey.
Bantuan Bedah Rumah oleh anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Dedi Mulyadi, ternyata dari hasil utang. Dan hingga tiga bulan tidak dibayar. Dan kemarin (17/12/22) membuat heboh warga Desa Cipinang Kecamatan Cibatu Purwakarta.
Pasalnya, orang yang diutangi kusen pintu mendatangi keluarga Nikey. Dia menyebut bahwa kusen pintu itu belum dibiayar. Ada tunggakan utang Rp 3,5 juta. Dan si tukang kusen itu mengancam,”Jika tidak dibayar sekarang maka kusen pintu itu akan dibongkar.”
Ancaman itu membuat panik keluarga Nikey yang berprofesi sebagai pemulung. Ayah Nikey mengontak Dedi Mulyadi. Kata Dedi,”Saya sibuk. Jual saja barang yang ada,” ujar Dedi kepada keluarga Nikey.
Akhirnya, sepeda Nikay yang juga hadiah dari Dedi Mulyadi dijual. “Laku Rp 1,5 juta,” jelas satu warga yang menceritakan itu kepada newspurwakarta.com semalam (17/12/22). Uang itupun langsung diberikan kepada si tukang kusen pintu. Dia pergi menggeloyor sambil menggerutu. Mengutuki uangnya yang belum lunas.
Selama ini, sepeda itu untuk berangkat sekolah Nikey, yang anak SMU Negeri 1 Cubatu. Juga atas saran Dedy Mulyadi. Kini Nikey mesti jalan kaki lagi untuk bisa ke sekolah. Atau menunggu belas kasihan tetangga untuk ikut membonceng sampai sekolah.
Dari Mana Biang Kerok Masalahnya
Tiga bulan yang lalu, di kanal Youtubenya Dedi Mulyadi mengunduh pertemuannya dengan keluarga Nikey. Mantan Bupati dua periode ini merasa trenyuh dengan etos kerja Nikey yang anak seorang pemulung miskin tapi usai pulang sekolah mau juga memulung. Tentu untuk membantu bapaknya.
Dedi pun kemudian mengajak Nikey dan bapaknya berbelanja. Nilainya sangat wah, untuk ukuran keluarga Nikey. Masih dari kanal Youtube Kang Dedi itu, akhirnya DM sapaan akrab Dedi pun menyambangi rumah Nikey.
Dalam perjalanan menggunakan mobil mewah milik Dedi, Nikay pun dipuji habis oleh Dedi. Soal etosnya. Soal kegigihannya dalam belajar. Soal keteladanannya dalam ikut membantu orang tua.
Saat ditanya Dedi kalau ke sekolah menggunakan apa? Nikey menyatakan jalan kaki.
“Kamu mau naik sepede?’ tanya Dedi
“Mau pak,” jawab Nikey.
“Kalau kamu sudah kenal saya mesti mau sekolah naik sepeda. Di samping tidak ada biaya. juga membuat kamu sehat,” jelas Dedi.
Akhirnya Dedi pun membelikan Nikey sepeda untuk ke sekolah.
Sampai di rumah Nikey, Dedi melihat betapa kotornya rumah itu. Dan semua kusen pintu hanya ditutup dengan kain lusuh.
Maka atas nama pribadinya, rumah itupun dibantu pintu kusen. “Ini nanti lima pintu dan jendela pasang semua,” ujar Dedi.
Tapi siapa nyana. Tiga bulan berselang ternyata bantuan Dedi Mulyadi itu menyisakan utang. Maka terjadilah peristiwa itu.
Warga jadi tahu dan heboh. Ternyata bantuan Dedi menyisakan utang yang membuat sesak keluarga Nikey.
Karena tekanan harus segera dibayar, ketimbang dibongkar, maka dijualah sepeda Nikey atas saran Dedi Mulyadi.
Bukan Kali Pertama ini Saja
Kisah pilu seperti ini, sebenarnya tidak hanya dialami oleh keluarga Nikey saja. Kasus yang sempat mencuat ke media masa adalah tukang bangunan yang membangun proyek Tajug Gede Cilodong di CIkampek yang juga tidak dibayar. Total nilainya kurang lebih Rp 76 juta.
Koordinator tukang kepada media ini beberapa waktu yang lalu menyatakan bahwa tunggakan itu hingga kini belum juga dibayar. “Biarlah jadi urusan akherat saja,” ujarnya pasrah.
Tajug Gede Cilodong adalah proyek yang digagas Dedi Mulyadi. Di proyek ini Pemkab Purwakarta sudah menggelontorkan dana sekitar Rp 82 miliar. Tapi sampai sekarang pembayaran tukan belum selesai.
Beberapa waktu yang lalu, Bupati Purwakarta sempat melontarkan kritik ke Dedi Mulyadi. “Dalam soal keuangan memang amburadul. Dulu sebesar Rp 28 miliar dana bagi hasil pajak (DBHP) dan Siltap tidak dibayar ke perangkat desa, saat Dedi masih menjabat sebagai Bupati,” tandas Anne yang sedang dalam proses gugatan cerai kepada Dedi.
Salah satu alasan gugatan Anne ke Dedi Mulyadi juga karena dalam soal keuangan rumah tangga tidak transparan.
Terhadap tuduhan Anne ini, Dedi menjelaskan bahwa pihaknya telah membiayai kampanye Anne saat mencalonkan menjadi Bupati. “Jadi saya ini bertanggung jawab soal keuangan,” jelas Dedi. (ril) editor ; mridwan