DEMO massa aksi dari Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menyisakan kisah getir. Bahkan teramat getir. Bagi mereka para BuzzerRp tentunya. Tapi bagi komunitas lain, yang selama ini memendam dendam kesumat atas sepak terjang mereka, bisa jadi ini bentuk pelampiasan yang sangat memuaskan.
Siapa tidak kenal Ade Armando. Doktor ilmu komunikasi Universitas Indonesia (UI). Kemarin (11/4/22) di sela keriuhan ribuan mahasiswa BEM SI menolak keinginan Jokowi untuk menunda Pemilu dan jabatan presiden tiga periode, Ade dikeroyok massa yang diduga bukan mahasiswa sampai babak belur. Ditelanjangi. Diseret-seret.
Di media sosial pun riuh. Pro dan kontra. Banyak menyukuri. Ada yang membela. Dan ada juga yang menyayangkan.

Profesor Reffly Harun misalnya. Dia menyayangkan terjadinya pengeroyokan itu. Tapi menurutnya, kejadian itu adalah ekspresi terhadap kekesalan rakyat terhadap ketidak adilan hukum.
“Selama ini Buzzer yang pro penguasa nyaris tidak tersentuh hukum. Sementara para oposisi begitu mudah diproses, seperti Jumhur Hidayat, Rocky Gerung, Anton Permana, Habieb Rizieq. Sementara laporan masyarakat kepada Ade Armando diabaikan. Jadi ini efeknya. Ade Armando gagal memahami psikologi sosial masyarakat,” ujar Refly di kanal You Tubenya.
ADE MENANTANG DAN DIKEROYOK
Kesaksian wartawan Tempo saat terjadi pengeroyokan menggambarkan alur cerita seperti berikut;
Ade dan krunya sudah mau balik ketika melihat massa dari BEM SI balik badan. Karena mereka merasa aspirasi sudah disampaikan.
Tapi, saat Ade sedang berjalan di tengah kerumunan massa, seorang emak-emak peserta demo meneriaki Ade,”Itu Buzzer munafik …. kamu puasa tidak ada gunanya.”
Sayangnya, Ade merespon teriakan ibu-ibu itu dengan cara membalik badan dan menantang,”Mau apa kamu,” bentak Ade sambil melotot.
Mendapat perlakuan seperti itu, emak-emak itu makin histeris,”Ada Buzzer bayaran … ada Ade Armando ….,” teriak emak-emak bersamaan.
Melihat situasi memanas, Ade menyadari posisinya. Ia balik kanan dan kru dia melindungi dari belakang dan samping.
Tapi keributan itu sudah telanjur memanas dan menjadi pusat perhatian. Tiba-tiba sekitar dua puluhan massa berpakaian hitam membentuk pagar betis. Membatasi gerak Ade dan menghadangnya.
Ade terkurung. Tiga kru yang melindungi pun diterjang massa. Terjengkang. “Mana Ade … Mana Ade ….,” teriak massa.
Pukulan, tendangan ke muka ke tubuhnya bertubi-tubi. Menurut laporan wartawan Tempo Ade menangis dan minta ampun. “Ampuun …. Ampuuni saya ….,” teriak Ade.
Tapi massa sudah tidak menggubris raungan Ade Armando. Satu pukulan keras dari lelaki bertopi mendarat di bagian belakang kepala Ade. Dan Ade terjengkang, tersungkur mencium aspal.
Massa tidak berhenti sampai di situ, sambil histeris,”Bunuh …. Bunuh sekalian ….,” mereka menendangi Ade sepuasnya.
Celana panjang Ade ditarik,”telanjangi!” Kaos pun dilepas. Hanya dengan memakain celana dalam dan kaos dalam putih, Ade sempat di seret. Sekitar 10 meter.
Ade mengerang minta ampun. “Ampuun … Ampuun …” Kedua tangan Ade menutupi wajahnya yang sudah berdarah-darah. Dari pelipisnya menyucur darah. Juga dari bagian dada kiri kaosnya memerah.
Ade sempat sekitar 3 menit dibiarkan tergeletak di kelilingi massa pengeroyok. Beberapa orang teriak,”Sudah cukup …. Sudah …. Sudah …..” Ade hanya diam meringkuk dengan kedua tangan menutupi kedua wajahnya.
Kru Ade pun meminta bantuan polisi untuk mengamankan Ade. Sebanyak 12 polisi merangsek ke kerumunan massa. Ade diamankan. Dipapah. Sambil berjalan lunglai hanya menggunakan celana dalam warna hitam, dengan wajah lebam dan berdarah, Ade diselamatkan.
Meski masih dalam pengawalan polisi, massa masih mengejar Ade. Mereka melempari Ade dengan apa saja. Kayu, baju, sampah sambil memaki-maki Ade.
SEPAK TERJANG ADE
Siapa yang tidak kenal Ade Armando. Sebagai pendukung Jokowi selama ini komentar-komentar dia kepada ummat Islam sangat menyakitkan. Apalagi, ketika kasus Habieb Rizieq mencuat. Nyinyiran Ade di Medsos sering membuat geram ummat Islam.
Termasuk terhadap aksi demo 11 April ini. Dalam twitternya Ade menulis dengan kata-kata “BEM (yang katanya) Seluruh Indonsia.”

Di tangan doktor komunikasi ini, Islam, Habieb Rizieq, demo penentang penguasa semua dikomentari dengan nada yang menyakitkan.
Ade sebenarnya berkali-kali dilaporkan ke Polda Metro dengan tuduhan penistaan Agama. Tapi penguasa melindungi dia dan kelompoknya, seperti Deni Siregar, Abu Janda dan Eko Kuntadi. Merekalah sekelompok warga biasa yang nyaris tidak tersentuh hukum.
Kasus Ade Armando membuktikan bahwa Sunatullah sedang bekerja. Meskipun BuzzerRp dipakai untuk membangun pencitraan, tiba-tiba minyak goreng langka, sembako melejit dan BBM naik. Kebutuhan dasar rakyat yang vital ternyata gagal dikendalikan negara.
Tiba-tiba Ade Armando yang selama ini nyaris tidak tersentuh hukum muncul dikerumunan massa dan babak belur dihajar demonstran. Bisa jadi itu ekspresi jujur kekesalan rakyat terhadap ketidakadilan hukum.
Di tengah kesusahan hidup, tiba-tiba antek-antek Jokowi melempar dua isu yang sangat sensitif. Penundaan Pemilu dan Masa Jabatan Presiden tiga periode.
Publik yang lagi muak dengan situasi ekonomi yang membuat orang makin susah, disandingkan dengan isyu nambah kekuasaan. Situasi yang membuat rakyat makin muak dengan penguasa.
Jadi, sudahlah. Demo BEM SI, dan pengeroyokan Ade Armando Ini peristiwa penting. Bahwa jujur dan adil buat yang lagi berkuasa itu sangat penting. Rakyat pasti mendukung 100% penguasa terus duduk di kursi kekuasaannya asal berprestasi.
Mari nyanyikan dalam hati, Mars BEM SI ini yang keren dan jozz …
“Potong bebek angsa…”
“Masak di Kuali …
“Gagal Ngurus Bangsa ….”
“Minta Tiga Kali ….”
“Bohong ke kiri ….”
“Bohong ke kanan ….”
“Tra lala lala lala lala lala …”
Jadi?, Jujur dan Adil saat berkuasa itu penting. Bahkan teramat penting. Agar dicintai rakyatnya. Dan dikenang dengan manis saat sudah menjadi rakyat biasa …. (tor) editor : mridwan